Feature All New Mitsubishi Triton 2015

Sebagai kendaraan beroda empat yang menjadi benchmark para pengguna double cabin untuk kebutuhan pertambangan dan kerja rodi lainnya di Indonesia, Mitsubishi benar-benar berbangga sebab mempunyai Triton. Semenjak tahun 2002, dia yaitu kendaraan beroda empat pekerja yang bisa mempertahankan image tangguh merek berlogo tiga berlian ini. Kecuali untuk profesi tambang, ada segelintir orang yang tertarik mengaplikasikan double cabin ini untuk kebutuhan hobi atau pemakaian dalam kota.

 

Akan tapi, pasar double cabin kini tak sepi pesaing. Sebut saja Toyota Hilux, Nissan Navara, Mazda BT-50, Isuzu D-Max dan Ford Ranger yang sudah bertahun-tahun berusaha menendang Triton dari singgasananya. Untuk itu, Triton pun beberes, model baru sudah jadi dan dia kini siap bercengkrama dengan bumi Indonesia.

 

Bukalah pintu baris depannya, kita akan menemukan desain interior baru dengan aura yang mengarah ke gaya sederhana dan tak banyak tarikan garis yang kompleks. Sekadar info, desain dashboard-nya bakal 80% mirip dengan All New Mitsubishi Pajero Sport yang belum lama diluncurkan di Thailand, tapi ada perbedaan di desain setir, doortrim dan beberapa mendetail lainnya.

 

Bicara material, kami tak akan berkeinginan menemukan material premium nan lembut, sebab ini kan double cabin, jadi seharusnya tough. Benar sih, material dashboard-nya masih mengaplikasikan bahan plastik, tapi ketika diteliti, ini tak kelihatan murahan sebab terkesan tebal dan rigid. Bahan pelapis joknya berbeda-beda, yaitu bahan vinyl untuk macam HDX, fabric untuk GLS dan kulit untuk Exceed. Nah, yang anda lihat ini interior macam Exceed, dia punya jok kulit dengan tulisan Triton muncul di sandarannya.

 

Mengamati area setirnya saja, kami sudah ngeh kalau ada banyak sunatan fitur yang dilaksanakan, pun untuk macam termahal. Setir yang desainnya sama dengan Mitsubishi Mirage ini benar-benar polos tanpa tombol lain kecuali klakson, meski di luar sana setir ini ramai dengan tombol pengontrol audio dan cruise control. Yah, setidaknya masih ada dual airbags untuk segala varian.

 

Lihat lebih lanjut ke area kanan setir, ada tombol-tombol untuk membatasi spion elektrik, tapi sudah, cuma itu saja. Banyak sekali slot tombol yang sirna, utamanya tombol start-stop engine dan peranti keselamatan aktif elektronik seperti stability control. Panel instrumennya sederhana, tapi lengkap dengan MID yang bisa menampilkan berjenis-jenis info seputar kendaraan. Kini, setir Triton bisa disetel naik-turun dan maju-mundur, jadi benar-benar fleksibel.

 

Kita tak akan mendapatkan head unit dengan layar monitor, GPS, kamera parkir dan beberapa fasilitas lain seperti kebanyakan passanger car, tapi head unit double din JVC. Walaupun begitu, apa yang dibawanya tak bisa dibilang kosongan. Sebut saja konektivitas iPod, USB, AUX dan Bluetooth sehingga bisa dihubungkan dengan hand phone anda, baik untuk memainkan musik atau mengerjakan fungsi telepon.

 

Di komponen bawah head unit, ada panel AC digital dan sudah punya mode auto climate control. Kami suka dengan glovebox Triton Exceed sebab mempunyai mekanisme bukaan yang sama dengan Outlander Sport. Ketika dibuka, dia jatuh pelan sehingga terkesan mewah, bukannya segera terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Kapasitasnya pun lumayan, cukuplah untuk menaruh barang-barang seperti tablet PC atau hal lainnya.

 

Zona tuas transmisi matik pada Triton dilabur warna piano black yang mewah, dan dia sudah punya mode manual 5 percepatan. Kepraktisannya boleh juga untuk sebuah double cabin, ada daerah penyimpanan untuk hand phone di depan tuas transmisi, daerah kacamata di atap dan 2 buah cup holder di dekat rem tangan. Di belakang tuas transmisi, ada selektor 4WD model putar.

 

Tak cuma glovebox-nya, center console box pada Triton juga benar-benar baik. Penutupnya tebal dan rigid, tak gampang jatuh pun ketika posisinya miring. Tak Outlander Sport, dia punya storage berlapis, di mana lapisan atas cukup buat menaruh HP dan lapisan yang lebih dalam bisa buat menaruh barang lain. Sayangnya, dia tak bisa dijadikan armrest bagi pengemudi sebab formatnya kurang panjang dan tinggi, sehingga tak begitu mensupport dengan baik.

 

Posisi mengemudi Triton cukup tepat bagi rata-rata orang Indonesia. Apabila ada jok elektrik memang, tapi penguasaan jok pengemudi sudah memenuhi standar dengan adanya fungsi sliding, reclining dan height adjuster. Seatbelt-nya pun sudah lengkap dengan height adjuster. Untuk itu, kami acungkan 2 jempol bagi Triton dalam hal fleksibilitas bagi kenyamanan pengemudi sebab dia mempunyai penguasaan jok, setir dan sabuk pengaman yang lengkap.

 

Saatnya pindah ke kabin belakang. Duduk di kabin belakang Triton sebenarnya cukup nyaman. Sandaran joknya memang tak bisa serebah sedan, hatchback atau MPV, tapi kalau dibandingkan double cabin lainnya, dia lumayan oke sebab posisinya tak terlalu tegak. Apabila jok depan disetel benar-benar mundur, penumpang setinggi 175 cm tak akan punya legroom sama sekali, tapi kalau jok depan dalam posisi normal, legroom dan headroom penumpang belakang masih tergolong sip.

 

Kami tak memberi masukan kabin belakangnya untuk diisi lebih dari 2 orang dewasa, sebab headrest-nya cuma ada 2. Kepraktisan kabin belakang cuma diwakili oleh armrest tengah yang dilengkapi cup holder dan kantong pada sandaran jok depan, kecuali itu tak ada lagi. Apabila kita membuka sandaran jok belakang, kelihatan daerah penyimpanan rahasia untuk menaruh dongkrak atau peralatan darurat lainnya.